Rika Febriani (41615010063)
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 1, No. 1,
Tahun 2012, Halaman xx-xx
PRODUKSI
BIOGAS DARI ECENG GONDOK (EICCHORNIA
CRASSIPES) KAJIAN KONSISTENSI DAN pH TERHADAP BIOGAS DIHASILKAN
Arnold Yonathan,
Avianda Rusba Prasetya, Bambang Pramudono
- Latar Belakang
Eceng gondok ( Eicchornia Crassipes) merupakan jenis gulma yang pertumbuhannya
sangat cepat. Akan tetapi eceng gondok dapat dimanfaatkan dalam produsi biogas
karena mempunyai kandungan hemiselulosa yang cukup besar. Biomassa adalah
energy alternative paling siap untuk diolah menjadi sumber energy yang ramah
lingkungan, jumlahnya banyak, dan berada disekitar kita. Tumbuh-tumbuhan,
sampah organic, dan kotoran hewan dapat menghasilkan biogas yang dimanfaatkan
sebagai sumber energy pengganti minyak, gas, kayu bakar, dan batu bara. Biogas
merupakan sumber energy yang bias diperbarui (newable) sehingga tidak perlu ada kekhawatiran akan semakin
menipisnya persediaan sumber energy. Eceng gondok (Eicchornia Crassipes) merupakan jenis gulma yang pertumbuhannya
sangat cepat sehingga dapat mencapai 1,5% perhari dengan tinggi antara 0.3-0.5
m.
Pertumbuhan yang begitu pesat sangat merugikan
karena sifat eceng gondok yang menutupi air menyebabkan kandungan oksigen
berkurang. Tumbuhan eceng gondok akan berpengaruh erhadap kadar
yang terdapat pada air. Disamping efek
negative dari tanaman ini, eceng gondok dapat dimanfaatkan dalam produksi
biogas karena mempunyai kandungan hemiselulosa yang cukup besar dibandingkan
konponen tunggal lainnya. Hemiselulosa adalah polisakarida kompleks yang
merupakan campuran polimer yang dihidrolisis menghasilkan campuran turunan yang
dapat diolah dengan metode anaerobic digestion untuk mengasilkan produk
campuran sederhana berupa metan dan karbon dioksida yang biasa disebut biogas.
- Hasil Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan
campuran eceng gondok dengan kotoran sapi, dimana antara eceng gondok maupun
kotoran sapi divariasikan untuk mengetahui jumlah biogas dihasilkan dan juga
kadar gas metana yang terkandung didalamnya,selain itu juga dilakukan
pretreatment hidrolisis asam pada substrat eceng gondok untuk penelitian
terdahulu mengenai kandungan gas metana yang dihasilkan pada biogas dari
substrat yang telah dilakukan pretreatment. Tujuan dari penelitian mengkaji
pengaruh komposisi eceng gondok terhadap biogas yang dihasilkan dari proses
anaerobic digestion, dan mengkaji pengaruh pretreatment variasi pH hidrolisis
terhadap biogas dihasilkan dari proses anaerobic digestion, dan mengkaji
kandungan gas metana yang terkandung didalam biogas, baik dengan penambahan
pretreatment maupun tanpa dilakukan pretreatment.
Pada proses pembuatan biogas dengan
menggunakan biomassa eceng gondok digunakan beberapa bahan baku seperti: eceng
gondok, aquadest dan bahan pembantu lainnya seperti: kotoran sapi,
,
dan NaOH. Penelitian ini detetapkan sebagai variable berubah adalah komposisi
perbandingan pengenceran eceng gondok (2:1;2:1,5:2:2;2:2,5) dan pH larutan
campuran (8:7:6:5:4). Tiap kali dilakukan percobaan fermentasi dengan basis 2L,
suhu kamar dan tekanan 1 atm. Pada penelitian ini jumlah rancangan percobaan
yang meliputi tempuhan atau run yang dilakukan sebanyak 9 kali.
Dari hasil analisa tersebut dapat
disimpulkan bahwa biogas dari eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai sumber
terbarukan karena terbukti adanya kandungan metana dalam biogas dihasilkan.
Akan tetapi penelitian ini, masih diperlukan penelitian lanjutan apakah dengan
semakin lamanya waktu fermentasi dan variasi variable yang lain kandungan gas
metana masih dapat meningkat atau tidak.
- Penelitian Selanjutnya
Biogas dapat diproduksi dari eceng
gondok. Tapi dengan metode ini terdapat beberapa kekurangan karena apabila
hanya digunakan eceng gondok jumlah biogas yang dihasilkan sedikit dan waktu
yang dihasilkan lama. Jadi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna
meningkatkan jumlah biogas dihasilkan dan mempercepat waktu produksi, dimana
dalam penelitian ini dilakukan pencampuran eceng gondok dengan kotoran sapi,
dan juga melakukan pretreatment hidrolisis asam.
Pada saat dilakukan pengukuran volume
biogas dengan rotameter harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi
kesalahan pencatatan. Cek kebocoran pada rangkaian alat dengan menggunakan air
sabun. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh lamanya
fermentasi terhadap biogas dihasilkan beserta kandungan gas metananya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar